Saturday, November 9, 2013

Kasih Seorang Ayah



Di siang yang panas dan cerah, dari sanalah peristiwa ini berawal.
Seseorang keluarga yang terdiri dari ibu,ayah, dan anak sedang menempati rumah barunya. “Ahh.. indahnya rumah baru kita..” Clara,seorang anak yang masih berusia 6 tahun itu sangat gembira mempunyai rumah baru, karena rumah lama nya dekat dengan sungai. Itu membuat Clara sedikit ketakutan. Suatu hari,mereka hendak berlibur ke luar kota. Didalam mobil Clara menyanyi karena kegirangan. Ditengah perjalanan, sebuah mobil menabrak pembatas jalan yang mengakibatkan mobil Clara hancur. Mereka terpaksa harus mementingkan keadaan dirinya sendiri. Ayah Clara tidak apa-apa. Clara sendiri kehilangan salah satu matanya. Sementara Ibu Clara telah meninggal dunia dengan kondisi yang mengenaskan. Ia tertumpuk kursi mobilnya dan mobil yang menabraknya. Ayah Clara prihatin dengan Clara, terutama istrinya. Secepat mungkin Ayah Clara membawa istri dan anakna ke rumah sakit terdekat. Ia tak mempedulikan kondisi mobilnya yang telah hancur. Satu jam kemudian, Istrinya telah ditutupi kain kafan dan dibawa ke ruang jenazah. Ayah Clara mengikhlaskan semua itu. Ia yakin, bahwa Tuhan punya rencana yang lebih baik darinya. Disisi lain, keadaan Clara tak berubah. Keadaannya masih terbaring lemas ditempat tidur. Masih belum ada satu orang pun yang ikhlas mendonorkan salah satu matanya untuk Clara. Menyadari hal itu, ayah tercintanya dengan berani bertemu dengan dokter. “Dokter, ijinkanlah aku untuk memberi salah satu mataku untuk buah hatiku ini dokter. Hanya dialah yang kupunya sekarang.” Akhirnya, dokter pun mengijinkan. Operasi pengambilan mata berjalan lancar. Kini, ayah Clara hanya mempunyai satu mata, sedangkan Clara tercinta mempunyai dua mata. Ayah Clara mulai membuka matanya. “Dokter, bagaimana keadaan anakku, Clara?Apakah putriku sudah sadar? Bagaimana perasaan nya sekarang?” Ayah Clara terus menanyakan keadaan putrinya. Namun dokter tidak menghiraukan pertanyaan-pertanyaan tersebut. Akhirnya, dengan keadaan yang baru enakan, ayah Clara membawa botol infusnya dan mencari Clara. Ayah Clara mencari-cari anaknya di lantai dua, namun tidak ditemukan juga sosok anak perempuan yang rambutnya dikuncir dua itu. Ia pun mencari ke lantai tiga. Dengan bantuan suster, ia ditunjukkan kamar anak tercintanya tersebut. Kamar Clara ditemukan. Clara terlihat pucat dan sayu. Ia masih trauma dengan peristiwa kecelakaan yang menimpanya kemarin. Hati ayah Clara sudah lega karena mendapati anaknya yang sudah mulai sadar. “Ayah, aku dengar, waktu aku kecelakaan mataku hilang satu ya, Yah? Kenapa sekarang mataku lengkap Yah? Hehe.. Memangnya siapa yang melengkapi mataku? Ohya, ibu mana Yah? Kok tidak bersama ayah? Ayah terngkar dengan ibu?” Begitu banyak pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan Clara. Ayahnya tidak kuat menjawab. Ia hanya mengeluarkan air mata. Beberapa hari kemudian, Clara diperbolehkan pulang. Iakembali sekolah dan bermain dengan ceria, meski ibunya telah tiada. Namun, Clara agak malu dengan kondisi ayahnya yang buta sebelah. Seringkali ia  diejek teman-temannya karena ayahnya tak bisa melihat sempurna. Hari demi hari, Tahun demi tahun Clara telah menjadi remaja yang cantik. Sekarang ia duduk di kelas tiga SMP. Seperti biasa, ejekan “Papi Clara Buta” selalu terdengar di telinganya. Clara sangat malu. Tidak ada satu pun temannya yang iba akan dia. Lama-lama Clara mulai bosan dengan hidupnya. Suatu hari, Clara berencana untuk bunuh diri dengan menggoreskan pisau di pergelangan tangannya. Ayahnya sedang membersihkan rumah. Perasaan ayahnya mulai tidak enak. Ia segera naik ke atas dan ke balkon rumah. Ia mendapati Clara pingsan. Tak berpikir panjang, si Ayah langsung membawa Clara ke rumah sakit, dimana ia dirawat dulu. Selang beberapa jam, dokter keluar dari kamar Clara. “Pak, anak bapak kekurangan darah. Luka di pergelangan tanganya hanya berjarak dua senti dari urat nadi. Untung Clara hanya kekurangan darah.” Ayah Clara termenung. Membayankan betapa sadisnya Clara pada dirinya. Ia belum tahu semua pengorbanan ayahnya. Terkadang, Clara membanting kursi-kursi dimeja makan, memberantakkan kamar ayahnya, dan menyobek baju ayahnya. “Maaf pak, jangan melamun. Pikirkan siapa yang akan mendonorkan darah untuk anak bapak. Jangan diam saja.” Peringat dokter. “I..Iiyaaa.. Pak.. Saya yang mendonorkan.” Ayah Clara dibawa kesuatu ruangan. Kebetulan golongan darah Clara dan ayahnya sama, yaitu O. Beberapa hari kemudian, Clara mulai mebuka matanya perlahan. Yang pertama kali ia lihat ialah wajah ayahnya. Ayahnya terbaring di tempat tidur yang berada di sebelah kanan Clara. Ia heran, mengapa ia dan ayahnya berada dirumah sakit. “Suster, mengapa ayahku di sebelahku? Seingatku, aku yang membuat luka dipergelangan tanganku. Mengapa ayahku ikut-ikut? Membosankan sekali. Aku sangat bosan melihat wajah ayahku yang matanya tidak lengkap. Sekarang,ia di sebelahku. Usir saja ayahku dari ruangan ini.” Tanya Clara sedikit marah. “Nak, perlu kamu tahu, dirumah sakit inilah ayahmu bisa buta. Waktu kamu kamu kecelakaan,ibumu meninggal,Kamu kehilangan salah satu matamu. Sedangkan ayahmu tidak apa-apa. Maka dari itu, ia mendonorkan satu matanya untukmu, karena hanya kamulah yang ia punya sampai sekarang. Ia selalu menuruti perintah dan kemauanmu, meski ia tak punya cukup uang. Ia selalu memasakkan kamu, mencuci dan menyetrika baju-bajumu, ,membelikan keperluan-keperluanmu dari ujung rambut hingga ujung kaki, membangunkanmu waktu pagi meski kamu sudah remaja, membersihkan rumah, mengantar dan menjemputmu ke sekolah. Kini ia lagi yang mendonorkan darahnya untukmu agar kamu tak kekurangan darah waku kamu menggoreskan pisau ke pergelangan tanganmu.” Suster menjelaskan. Kini, Clara tahu siapa yang mendonorkan mata dan darah untuknya. Pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan Clara pada ayahnya sewaktu Clara masih kecil terjawab sudah. Clara tak henti-hentinya menangis. Ia langsung memeluk dan mencium ayahnya, lalu membisikkan kata-kata, “Ayah, aku cinta Ayah. Aku hanya iblis di hati ayah yang hanya menjadikan Ayahku sendiri pembantuku. Maafkan perbuatan Clara Yah.” Sejak itu Clara tahu, bahwa kasih orangtua tidak ada batasnya. Clara berjanji akan selalu menyayangi ayahnya hingga ajal tiba.

Tuesday, November 5, 2013

All About Dream Waver Bakery

Come on my stand guys !
Dream Waver Bakery :-)

Day,Date : Saturday,9 November 2013 at 08.00-12.00 a.m
Place       : Mater Amabilis School (Teratai 2B Surabaya)
Kita menjual berbagai jajanan basah,minuman segar,dan berbagai pudding .
Dijamin murah,enak, &bikin ketagihan
Ga nyesel deh !!
With love,

Dream Waver Bakery